THE BEST OF ME (01)

Kata Alkitab / 11 July 2010

Kalangan Sendiri

THE BEST OF ME (01)

Puji Astuti Official Writer
8076

Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. -  Kutipan lagu “Jangan Menyerah”, d’Masiv

 

“Apa pun yang kamu impikan akan bisa kamu capai suatu hari nanti jika kamu terus berusaha, berjuang dan berdoa. Dan kunci dari semua itu adalah senantiasa melakukan yang terbaik dan menjadi dirimu yang terbaik!” Demikian salah satu nasihat kehidupan yang sangat berharga yang pernah saya peroleh dari beberapa mentor dalam hidup saya.

Terus terang, saya mengamini apa yang para mentor saya katakan tersebut sebab mereka telah terlebih dahulu membuktikannya. Mereka menjadi contoh nyata dari apa yang mereka ajarkan. Sangat berbeda dengan sebagian kecil orang yang mengaku sebagai motivator yang mengajari orang lain bagaimana caranya mencapai kesuksesan hidup padahal mereka sendiri rasanya belum pantas disebut sukses. Dengan kata lain, sering kali yang diajarkan justru bersifat NATO (no action theory only).

Sekali lagi, senantiasa menjadi yang terbaik dan melakukan yang terbaik adalah kunci menjadikan hidup ini bermakna dan bermanfaat, baik bagi diri sendiri mau pun sesama. Jika pernyataan ini digali lebih jauh maka akan muncul beberapa pertanyaan krusial, seperti menjadi dan melakukan yang terbaik menurut siapa, apa saja ukurannya dan di mana ukuran tersebut berlaku.

Menjadi dan melakukan yang terbaik di rumah (dalam kapasitas sebagai orang tua, anak, saudara), di dalam lingkungan pergaulan, di tempat kerja hingga dalam konteks sebagai warga negara tentu bisa sangat berbeda. Ukuran yang terpenting sebenarnya adalah apakah ada pertumbuhan berarti dalam diri kita secara berkala alias dari waktu ke waktu. Misalnya di tempat kerja, apakah dari tahun ke tahun kita bisa menjadi karyawan yang lebih baik dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perusahaan tempat kita bekerja, dan seterusnya.

Faktor Mengapa

Saya kemudian merenungkan lebih jauh mengapa kita perlu senantiasa menjadi yang terbaik dan melakukan yang terbaik. Berikut adalah sejumlah alasan yang saya temukan, yaitu.

  • Tanda bersyukur.
  • Agar menjalani perjalanan sukses dengan baik.
  • Agar tetap memiliki nilai tambah (kompetitif).
  • Agar bisa mencapai hasil yang lebih besar (berkontribusi lebih banyak).
  • Agar hidup bisa lebih bermanfaat.
  • Agar bisa menjadi teladan (legacy).
  • Agar bisa “menarik” orang lain.
  • Mari kita lihat satu per satu.

1. Tanda bersyukur.

Jika kita mensyukuri sesuatu, kita tentunya akan memperlakukan sesuatu itu dengan baik, bahkan sangat baik. Misalnya pasangan suami-istri yang telah menjalani kehidupan rumah tangga lebih dari sepuluh tahun namun belum memperoleh seorang anak. Dengan doa dan pengobatan yang serius, mereka akhirnya bisa memperoleh anak pertama. Nah, tentu saja anak ini akan diperlakukan dengan sangat baik sebagai tanda bersyukur atas anugerah terindah tersebut.

Hal yang sama dapat juga kita alami jika kita menganggap hidup ini sebagai sebuah anugerah yang sangat berharga. Bukankah setiap detik, selalu saja ada orang yang mati di dunia ini? Semakin kita menyadari betapa berharganya kehidupan kita, semakin kita bertekad untuk tidak menyia-nyiakannya.

2.Agar menempuh perjalanan sukses dengan baik.

Secara pribadi, saya tidak pernah menganggap sukses sebagai impian yang terwujud sebab anggapan seperti itu mengandung beberapa akibat yang bisa negatif seperti terlalu berorientasi pada hasil akhir sehingga sulit menikmati proses perjuangan (penuh pengorbanan) dalam rangka mencapai impian. Hal ini bisa membuat seseorang cenderung menghalalkan segala cara, karena yang terpenting adalah tujuan yang tercapai.

Selain itu, anggapan sukses adalah impian yang terwujud terkadang membuat seseorang terlena manakala ia telah mencapai impiannya tersebut. Tanpa disadari ia bisa terjebak pada rasa puas diri yang semu sehingga tidak mau lagi belajar, berubah dan bertumbuh. Sebaliknya jika kita senantiasa menjadi dan melakukan yang terbaik, cepat atau lambat impian kita niscaya akan terwujud. Itulah sebabnya saya selalu mengatakan sukses adalah perjalanan untuk senantiasa menjadi dan melakukan yang terbaik.

3.Agar tetap memiliki nilai tambah (kompetitif).

Dua puluh lima tahun silam, seorang karyawan yang berlatar belakang pendidikan sarjana (S1) dan bisa mengoperasikan komputer dengan baik tentu akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan atau dipromosikan jabatannya. Namun di masa sekarang, hal tersebut dianggap sangat biasa. Bahkan anak sekolah dasar pun bisa sangat lincah mengoperasikan aneka program komputer.

Nah senantiasa belajar, berubah dan bertumbuh ke arah yang lebih baik akan lebih memastikan seseorang memiliki nilai tambah yang nyata. Misalnya seorang karyawan pemula yang kemudian secara otodidak mempelajari kepemimpinan (leadership skill) akan memiliki nilai tambah dibandingkan rekan-rekan sekerjanya yang belum mempelajari hal tersebut. Dan karena nilai tambah tersebut, bisa jadi ia akan lebih cepat dipromosikan jabatannya.

4. Agar bisa mencapai hasil yang lebih besar.

You can not give what you do not have! Ya, kita tidak akan pernah bisa memberikan apa pun yang tidak kita miliki. Semakin besar hasil yang ingin kita dapatkan maka akan semakin mahal pula harga yang harus kita bayar. Misalnya sebagai seorang pemimpin di tempat kerja, kita tentunya ingin mencapai target yang lebih besar daripada yang pernah kita capai sebelumnya.

Itulah sebabnya setiap tahun, perusahaan-perusahaan besar umumnya memasang target baru yang nilainya lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Nah, target yang semakin besar ini tentu menuntut upaya yang lebih besar juga dan itu berarti harus ada perbaikan kinerja kita dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

5. Agar hidup bisa lebih bermanfaat.

Semakin banyak kontribusi positif yang dilakukan seseorang, semakin ia akan merasa hidupnya bermakna. Seorang karyawan yang memberikan kontribusi yang sangat positif bagi sebuah perusahaan terkadang dapat diibaratkan seorang pencetak gol dalam permainan sepak bola.

Contoh lainnya, sebagai seorang pengusaha, jika perusahaan saya bertumbuh karena orang-orang saya terus bertumbuh maka profit yang saya peroleh akan bertambah. Bukankah sebagaian dari profit tersebut dapat juga saya gunakan untuk kepentingan sosial, dalam bentukk program CSR (corporate sosial responsibility)? Hal ini juga berlaku pada tataran individu atau saya kerap menyebutnya sebagai PSR (personal social responsibilty).

6. Agar bisa menjadi teladan.

Satu satu hal yang bisa kita berikan atau “hadiahkan” kepada orang lain, termasuk anak-anak kita, namun kerap tidak kita sadari adalah keteladanan hidup. Menurut saya, keteladanan hidup adalah bagian dari karakter yang tidak akan bisa mati sekali pun yang bersangkutan sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Sebagai seorang suami dan ayah saya selalu ingin dapat menjadi suami yang baik bagi istri saya dan ayah yang baik bagi anak-anak saya sebab saya berpikir itu adalah salah satu legacy (warisan) terbaik bagi mereka. Contoh lainnya, seorang pemimpin yang senantiasa menjadi dan melakukan yang terbaik di tempat kerja biasanya akan ditiru dan apa yang dilakukannya akan menjadi kenang-kenangan terindah sekali pun ia tidak lagi berada di perusahaan tersebut, entah karena pindah kerja, pensiun atau berpulang.

7. Agar bisa “menarik” orang lain.

Bagaimana perasaan Anda jika Anda bekerja di sebuah perusahan besar namun Anda ditempatkan di bagian atau departemen yang sebagian besar rekan kerja lainnya tidak produktif alias NATO (no action talk only)? Lalu, bayangkan pada saat bersamaan, Anda mendapatkan tawaran kerja di sebuah perusahaan yang Anda tahu umumnya karyawan di perusahaan tersebut adalah orang-orang yang kreatif, dinamis dan senantiasa menghasilkan karya-karya yang inovatif. Apakah ada akan tergiur untuk pindah kerja? Bisa jadi ya!

Saya kerap kali mengamati, dalam pemilihan pemimpin sebuah kelompok, khususnya untuk kegiatan yang bersifat non-profit (seperti dalam kegiatan ekstra kurikuler di kampus hingga kegiatan sosial keagamaan) biasanya yang terpilih menjadi pemimpin adalah individu yang action orietend atau memiliki keahlian untuk membuat banyak hal menjadi kenyataan. Pemimpin seperti ini tidak hanya bisa bermimpi namun yang terpenting dapat membuat impiannya menjadi kenyataan. Pemimpin seperti ini juga biasanya lebih mudah menarik anggota-anggota baru yang berkomitmen tinggi untuk mencapai banyak hal demi kemajuan organisasi.

Bagaimana menurut Anda?

 

Halaman :
1

Ikuti Kami